RSS

Untuk Mama!

Untuk Mama!

Suatu hari aku pasti akan melihat rambutmu yang tak lagi selegam  saat ini, aku akan melihat legam yang kau miliki berubah putih keperakan. Ah… ma ketika saat itu tiba bisakah kau membelai rambut legam milikku yang dulu sering kau belai, kau sisir kau cium setelah keramas dengan shampoo murah pilihanmu.

Suatu hari aku pasti akan melihat tanganmu yang dulu semulus buah pear berubah keriput dengan pigmentasi yang sedikit berlebih, bergetar setiap meraih benda di depanmu, bergetar setiap ku cium tanganmu. Ma… ketika hari itu tiba aku hanya ingin mendekap tanganmu seerat mungkin seolah kita tak akan terpisah.

Suatu hari nanti aku akan melihat wajah ceriamu ketika dikunjungi cucu-cucumu. Mencoba menghafal nama mereka satu persatu. Menciumi pipi mereka yang gembul. Dan duduk diatas kursi dikelilingi oleh mereka yang siap menunggu cerita masa mudamu, cerita tentang ayah yang tak bosan kau ulang. Ketika saat itu tiba aku ingin menyeduhkan secangkir teh aroma melati kesukaanmu dengan satu sachet gula tanpa kalori untu menemanimu bercerita, agar kau merasakan kehangatan setelah kau tutup ceritamu.

Suatu hari nanti aku akan melihat bagaimana kau melihat kami satu persatu, meninggalkan rumahmu satu persatu, menyongsong kehidupan baru, dan meninggalkan janji di benakmu bahwa kami akan  kembali untuk berlebaran di rumah besarmu. Kau akan mengangguk memandang seluruh dari kami dengan haru dan percaya kami akan kembali menjengukmu. Ma..ketika saat itu tiba bisakah kau cium lama keningku, mendo’akan langkah kakiku dan tersenyum ikhlas atas pilihanku?.

Barang kali kau yang menyeduhkan cinta tak bertepi pada kami semasa kami masih dibuaimu, kau yangmencurahkan cinta tanpa pamrih, menghujani sayang tak bertepi. Tapi kami? kau mungkin harus memaklumi bagaimana kami selalu menunda untuk membahagiakanmu dengan seribu alasan dan sejuta kata ‘nanti’ atau ‘suatu hari’.

Barang kali kau sebagi mama kami yang selalu rela untuk mencintai, membesarkan kami, menanamkan harapan-harapanmu yang sama sekali tak egois pada kami. tapi kami hanya sanggup memberi mu sedikit dari perhatian kami. ‘sedikit’ yang dapat membuatmu tersenyum seakan tak pernah menua. Ah mama. Pantaskah aku dianggap anak?

Mama… mungkin aku bukan anak terbaik untukmu. Tapi kau tahu kau mama terbaikku. Mama satu-satunya. Dan tak akan bisa di geser oleh wanita manapun.

Engkau wanita yang dibahumu meletakkan kebahagian kami adalah suatu keharusan. Kau penuhi, kau jadikan tekad itu tak sekedar tekad. Tapi apa yang kami lakukan?, mungkin takdir untuk kami adalah menjanjikan bahagia-bahagia yang selalu tertunda untukmu. Padahal kami tahu, sangat tahu bahwa bahagiamu sangatlah sederhana… sangat sederhana.

Selaksa cinta untuk ibu 29 Mei 2012, ketika rindu tak memiliki tepi.

 

Tinggalkan komentar